Masih bergejolaknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan tarif dagang AS yang baru berpotensi gangguan terhadap rantai pasok global yang dapat berdampak pada pasar modal Indonesia. Setelah serangan besar-besaran Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sekitar 3,5% hingga 5% dari level 7.166. Ketidakpastian pasar pun melonjak, sehingga pergerakan saham menjadi semakin sulit diprediksi. Meskipun IHSG sempat bangkit dan kembali ke zona positif pada Juli 2025, ketidakpastian yang masih membayangi terus membebani sentimen investor. Dalam kondisi pasar yang penuh gejolak seperti ini, langkah apa yang sebaiknya dipertimbangkan oleh para investor?
Dalam dunia investasi saham, ada dua pendekatan utama yang biasa digunakan, yaitu fundamental dan teknikal. Pendekatan fundamental berfokus pada analisis faktor-faktor pasar yang memengaruhi kinerja dan harga saham dalam jangka panjang. Terdapat dua metode yang lazim digunakan, yaitu (1) Top-down approach: dimulai dari analisis kondisi makroekonomi—seperti kebijakan moneter, situasi politik domestik, hingga dinamika geopolitik global. Dari sana, investor mengidentifikasi sektor atau industri yang berpotensi unggul dalam kondisi tersebut, lalu memilih perusahaan-perusahaan yang paling berpeluang tumbuh kuat di sektor tersebut. Analisis keuangan perusahaan—neraca, laporan laba rugi, dan kekuatan modal—menjadi penentu utama dalam tahap akhir dan (2) Bottom-up approach: dimulai dari pemilihan perusahaan dengan fundamental yang kuat. Setelah itu, dianalisis bagaimana sektor industrinya bekerja, dan di tahap akhir, investor menilai dampak kondisi makro terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Berbeda dengan fundamental, pendekatan teknikal mengandalkan pola historis harga dan volume perdagangan untuk memproyeksikan pergerakan harga saham di masa depan. Teknik-teknik populer dalam pendekatan ini antara lain moving average dan Relative Strength Index (RSI). Hasil analisis teknikal digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam mengambil keputusan beli atau jual.
Kembali ke faktor fundamental
Dalam situasi luar biasa seperti konflik bersenjata dan perubahan tarif dagang, proyeksi kinerja perusahaan menjadi jauh lebih sulit dipastikan. Ini memicu respons risk-off dari pelaku pasar, yang cenderung menarik dana dari aset berisiko. Sepanjang semester pertama 2025, investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp53,2 triliun. Di tengah kondisi yang tidak stabil, kembali pada kekuatan analisis fundamental menjadi langkah paling bijak—baik melalui pendekatan top-down maupun bottom-up. Pemahaman yang dalam dan objektif terhadap kondisi makro maupun kinerja perusahaan menjadi kunci.
Bank Indonesia baru-baru ini merevisi proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia 2025 menjadi 4,6%–5,4%, turun dari 4,7%–5,5%, menyusul pelemahan permintaan global dan pertumbuhan yang kurang menggembirakan pada kuartal I. Namun demikian, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menurut IMF yang hanya sebesar 2,8%.
Jika ditelusuri lebih dalam, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,89%, masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 4,87%. Ini menunjukkan bahwa menjaga daya beli masyarakat adalah kunci, mengingat konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama PDB nasional.
Untuk itu, pemerintah telah meluncurkan lima paket stimulus: bantuan pangan dan sembako, subsidi upah, subsidi transportasi, subsidi tarif tol, serta diskon iuran Jaminan Keselamatan Kerja. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II mendekati 5%. Mengamati resiliensi perekonomian Indonesia dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi gejolak perekonomian yang mungkin timbul, layakkah investor worry secara berlebihan?
Dapatkan Analisis Investasi yang Andal
Lantas, bagaimana investor bisa mendapatkan insight yang tajam dan tepercaya sebelum mengambil keputusan investasi?
Bergabunglah sebagai nasabah Mandiri Sekuritas untuk mendapatkan update terkini tentang pasar baik domestik maupun global. Temukan perspektif investasi yang lebih dalam, objektif, dan berbasis data. Mandiri Sekuritas juga menawarkan layanan Growin’ Priority untuk nasabah breast Rp1 miliar ke atas. Nasabah Growin’ Priority mendapatkan layanan Dedicated Relationship Officer dan Exclusive Research Access yang memudahkan nasabah menganalisis pasar dan menavigasi investasi.
Hubungi: email: priority@mandirisekuritas.co.id atau Care Center: 14032 untuk informasi lebih lanjut tentang Growin’ Priority.